PRESS RELEASE

INDONESIA AMBIL PERAN STRATEGIS DALAM UJI KLINIS VAKSIN TB M72: HARAPAN BARU UNTUK ELIMINASI TB DI 2050

Jakarta, 25 Maret 2025– Dalam upaya global mengakhiri Tuberkulosis (TB) sebagai masalah kesehatan masyarakat, Indonesia menegaskan komitmennya dengan berpartisipasi aktif dalam uji klinis vaksin TB M72. Vaksin ini digadang-gadang menjadi terobosan baru dalam pencegahan TB, khususnya pada remaja dan dewasa. Informasi ini disampaikan dalam konferensi pers yang menghadirkan tiga narasumber kunci:

  • Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt, M.Pharm, MARS, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan

  • dr. Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

  • Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K), Peneliti Utama Nasional Vaksin TB M72

Vaksin Harapan: Efikasi 50% dan Potensi Ekonomi Signifikan

Vaksin TB M72 merupakan salah satu dari enam kandidat vaksin TB global yang telah memasuki uji klinis fase 3. Dalam 25 tahun, vaksin ini diproyeksikan dapat menghemat hingga USD 41,5 miliar bagi rumah tangga terdampak TB.

"Vaksin ini dapat berdampak secara signifikan bagi pencegahan TB, karena untuk pertama kalinya kita memiliki vaksin yang secara ilmiah terbukti mampu mencegah TB aktif pada remaja dan dewasa dengan efikasi lebih dari 50%," ujar Prof. Erlina Burhan.

Peran Indonesia dalam Uji Klinis

Sebagai salah satu dari lima negara yang terlibat dalam studi ini (bersama Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi), Indonesia menargetkan 2.000 partisipan yang tersebar di lima pusat penelitian: FKUI, FK UNPAD, RSUP Persahabatan, RSUI, dan RSI Jakarta Cempaka Putih.

Uji klinis ini dimulai sejak akhir 2022 dan direncanakan berlangsung hingga Maret 2025. Seluruh tahapan telah melalui persetujuan etik dan Badan POM. Peserta akan dimonitor hingga tiga tahun ke depan guna memastikan keamanan dan efektivitas vaksin.

Komitmen Pemerintah: Akses Obat, Diagnostik, dan Vaksin yang Lebih Luas

Dr. Lucia Rizka menegaskan komitmen pemerintah dalam menjamin ketersediaan obat, alat diagnostik, dan vaksin yang aman dan efektif untuk penanggulangan TB di Indonesia.

Sebagai bentuk keseriusan dalam percepatan ketersediaan vaksin, Indonesia juga telah bergabung dalam TB Vaccine Accelerator Council, sebuah inisiatif global untuk mempercepat riset, pengembangan, dan akses terhadap vaksin TB.

“Keikutsertaan Indonesia dalam TB Vaccine Accelerator Council mencerminkan kontribusi nyata Indonesia dalam upaya global eliminasi TB. Ini adalah langkah strategis agar kita tidak hanya menunggu, tapi aktif mendorong hadirnya vaksin baru yang dibutuhkan,” ujar Bu Rizka.

Komitmen Menuju Eliminasi TB 2050

Dalam konferensi ini, dr. Ina Agustina menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. “Percepatan eliminasi TB membutuhkan strategi vaksinasi nasional yang kuat, didukung pembiayaan berkelanjutan, pelibatan komunitas, dan dukungan dari sektor non-kesehatan termasuk media,” ujarnya.

Strategi akselerasi yang dijalankan meliputi penemuan kasus aktif (active case finding), pengobatan efektif termasuk inovasi regimen BPaL, serta pencegahan yang lebih luas dengan vaksin.

Kapan Vaksin M72 Tersedia?

Jika seluruh tahapan berjalan lancar, vaksin TB M72 diharapkan tersedia di akhir 2028. Pemerintah berkomitmen untuk memasukkan vaksin ini ke dalam program nasional sehingga nantinya dapat diberikan secara gratis kepada masyarakat, dengan prioritas remaja dan dewasa.

4 Aspek Kunci Implementasi Vaksin

Agar vaksin TB M72 dapat diimplementasikan secara efektif, perlu perhatian pada empat aspek utama:

  1. Availability (Ketersediaan)

  2. Accessibility (Aksesibilitas)

  3. Affordability (Keterjangkauan)

  4. Acceptability (Penerimaan masyarakat)

"Edukasi publik penting agar vaksin diterima dengan baik. Seperti BCG yang dulu efektif untuk TB berat pada anak, kita berharap vaksin M72 bisa melindungi populasi remaja dan dewasa,” tegas Prof. Erlina.

Peran Media: Aksi Nyata Lawan TB

Konferensi ini ditutup dengan ajakan kepada media untuk menjadi bagian penting dalam perang melawan TB. Media diharapkan dapat:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat

  • Menghapus stigma TB

  • Memberikan informasi akurat seputar vaksin dan pengobatan TB

  • Mendorong advokasi publik untuk perbaikan layanan

“TB bukan penyakit yang harus ditakuti apalagi distigmatisasi. Jika diobati dengan benar, penderita bisa sembuh total dan kembali beraktivitas seperti biasa,” tutup Prof. Erlina dan dr. Ina menekankan hal yang sama.


Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Email: humas@yayasanrpri.org

Website: www.yayasanrpri.org